Minggu, 06 Oktober 2013

Pembahasan Jurnal bagian I

Efektivitas Pita Tanam Organik sebagai Mulsa pada Tanaman Padi (Oryza sativa)


Ulasan jurnal ke-1 :

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kinerja pita tanam organik (PTO) sebagai mulsa pada berbagai variasi tebal dan lebar PTO. PTO itu sendiri adalah singkatan dari Pita Tanam Organik yang terbuat dari lembaran bahan organik yang didalamnya diisi dengan benih padi antara (1-2) biji dengan jarak tertentu . Bahan baku PTO adalah pelepah pisang dan batang tanaman eceng gondok. 

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian

Sedangkan alat dan bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian antaralain timbangan analitik, thetaprobe , infra red Thermometer , gelas ukur, blender, penggaris, kotak tanah, pisau, kompor, panci, ember sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Eceng gondok, pelepah pisang, crotalaria juncea dan daun paitan sebagai bahan pembuat pita tanam organik, air untuk memasak bahan, tanah sebagai media PTO di lahan dan benih padi varietas sidenuk inparik. 

Metode yang digunakan dalam penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial (RAL) yang diulang 3 (tiga) kali dan atas 2 faktor yaitu lebar PTO dan tebal PTO. Faktor I, lebar PTO yang terdiri dari 5 taraf masing-masing adalah 4, 5, 6, 7, dan 8 cm. Faktor II, tebal PTO yang terdiri dari 2 taraf masing-masing adalah 0.5 dan 1.0 mm, sehingga diperoleh 10 kombinasi perlakuan masing-masing diulang sebanyak 3 kali.

Hasil dan Pembahasan


Pengaruh PTO terhadap evaporasi air tanah 
Hasil analisis ragam menununjukkan bahwa lebar PTO sangat berpengaruh nyata terhadap evaporasi air tanah.

Pengaruh Pita Tanam Organik terhadap Suhu
Hasil pengamatan yang dilakukan, suhu tanah lebih tinggi daripada suhu PTO.

Pengaruh Pita Tanam Organik terhadap Pertumbuhan Gulma
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa lebar PTO berpengaruh nyata terhadap berat kering gulma.

Pengaruh Pita Tanam Organik terhadap Kadar Air
Hasil menunjukkan bahwa kadar air tanah dengan menggunakan PTO lebih tinggi dibanding dengan kadar air tanah di luar PTO.

Pengaruh Pita Tanam Organik terhadap Efisiensi Penggunaan Air
Hasil penelitian menunjukan efisiensi penggunaan air meningkat sesuai dengan bertambahnya lebar PTO. Bila dibandingkan dengan kontrol, maka terlihat bahwa nilai efisiensi penggunaan air mempunyai nilai paling rendah dibandingkan dengan penggunaan PTO baik pada perlakuan tebal maupun lebar PTO. Hasil di atas disebabkan karena, evaporasi air tanah semakin kecil pada penggunaan PTO yang semakin lebar serta berat kering tanaman semakin besar pada penggunaan PTO yang semakin lebar.

Simpulan

Dari penelitian yang sudah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa Lebar PTO berpengaruh nyata terhadap evaporasi air tanah. Nilai evaporasi terendah terjadi pada PTO dengan lebar 8 cm dengan nilai 3.467 mm hari-1. Suhu pada PTO dengan ketebalan 1 mm lebih rendah dibanding dengan PTO pada ketebalan 0.5 mm dengan nilai rata-rata masing sebesar 30.63 oC dan 31.47oC. Kadar air tanah yang tertutup PTO selalu lebih tinggi dibandingkan dengan kadar air tanah yang terbuka dengan nilai rata-rata masing sebesar 41.12% dan 39.95%. Lebar PTO berpengaruh nyata terhadap berat kering gulma. Pada perlakuan PTO yang semakin lebar, berat kering gulma semakin kecil, dengan nilai terendah pada PTO dengan lebar 8 cm dengan nilai 0.36 gram. Lebar PTO berpengaruh nyata terhadap efisiensi penggunaan air. Semakin lebar PTO, nilai efisiensi penggunaan air semakin besar dengan nialai terbesar terjadi pada perlakuan PTO dengan lebar 8 cm sebesar 2.27 gr/l.

Jurnal bisa dilihat di : Efektivitas Pita Tanam Organik sebagai Mulsa pada Tanaman Padi (Oryza sativa)

Analisis Kinerja Pita Tanam Organik sebagai Media Perkecambahan Benih Padi (Oryza sativa L.) Sistem Tabela dengan Desain Tertutup dan Terbuka


Ulasan jurnal ke-2 :

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui daya perkecambahan benih padi dengan menggunakan pita tanam organic, mengetahui efektifitas penggunaan pita tanam organik sebagai bahan bantu tanam pada perkecambahan tanaman padi sistem tabela antara model tertutup dan terbuka, mengetahui dampak yang ditimbulkan sebagai akibat dari penggunaan pita tanam organik model terbuka dan tertutup terhadap pertumbuhan tanaman serta kadar air yang terkandung dalam tanah, mengetahui kinerja pita tanam organik dalam menunjang efisiensi penggunaan air pada pertumbuhan tanaman padi sistem tabela-aerobik.

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah eceng gondok, pelepah pisang, Clotalaria juncea, daun paitan, air, tanah, benih padi dari varietas inpari sidenuk. Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah timbangan digital, gelas ukur, blender, penggaris, kotak tanah, brazilliant test, pisau, kompor, panci, bak, dan oven.

Metode yang digunakan dalam penelitian

Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial. Desain PTO (D) dipergunakan sebagai faktor pertama yang terdiri dari 2 (dua) macam yaitu, D1: desain terbuka dan D2: desain tertutup. Sedang selang pemberian air (S) ditempatkan sebagai faktor kedua yang terdiri dari 5 (lima) taraf, masing-masing adalah S1: 1 hari, S2: 2 hari, S3: 3 hari, S4: 4 hari dan S5: 5 hari setelah penaburan benih. Pemberian air dilakukan dengan tanpa genangan. Percobaan diulang sebanyak 3 (tiga) kali sehingga terdapat 30 unit perlakuan. Percobaan ini dibandingkan dengan kontrol (tanpa PTO).

Hasil dan Pembahasan

Pengaruh Penggunaan Pita Tanam Organik Terhadap Pertumbuhan Benih Padi
1. Perkecambahan Tanaman Padi
Terjadi kecenderungan peningkatan perkecambahan tanaman padi akibat adanya pengaruh desain pita tanam organik. Termasuk pada selang waktu penambahan air didapat notasi yang meningkat untuk setiap perlakuan.

2. Tinggi Tanaman Padi
Pada setiap perlakuan memiliki rerata tinggi tanaman yang berbeda, hal ini terlihat dari grafik batang pada setiap warna atau setiap jenis desain saling memiliki selisih. Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa desain terbuka memiliki rerata tinggi tanaman lebih besar dibandingkan dengan desain tertutup.

3. Berat Kering dan Berat Basah Akar
Hasil penelitian menunjukkan berat basah tanaman padi terendah (0.58 gram) pada perlakuan desain tertutup dengan selang waktu pemberian air 1 hari. Hal ini diduga karena pada selang waktu pemberian air 1 hari menyebabkan air cukup banyak dan ditambah lagi desain pita taman organik yang tertutup menyebabkan air sulit terserap oleh tanah dan tanaman sehingga akar tidak dapat tumbuh dengan baik. Nilai berat basah tanaman padi tertinggi (3.27 gram) terdapat pada perlakuan desain terbuka pada selang waktu pemberian air 2 hari (D2S2). Hal ini disebabkan karena pada perlakuan S2D2 diperoleh hasil daya perkecambahan tanaman padi mencapai 100%, selain itu juga tinggi tanaman diperoleh hasil tertinggi yaitu sebesar 38.66 cm. Sehingga dapat dikatakan tinggi tanaman berpengaruh terhadap berat basah akar.

4. Berat Kering dan Berat Basah Tanaman Padi
Hasil penelitian menunjukkan berat basah tanaman padi mempunyai kecenderungan naik dengan semakin lamanya selang waktu pemberian air pada perlakuan desain terbuka. Berat basah tanaman padi paling rendah (0.55 gram) terdapat pada desain tertutup dengan selang waktu pemberian air 1 hari, sedangkan berat basah tanaman tertinggi (3.83 gram) ada pada sampel tanaman padi dengan pita tanam organik desain terbuka dan selang waktu pemberian air 4 hari

5. Kadar Air
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi kecenderungan penurunan kadar air tanah akibat adanya pengaruh selang waktu pemberian air.

Simpulan

Laju pertumbuhan tanaman yang paling baik adalah tanaman pada perlakuan D2S2 dengan desain pita tanam organik terbuka dan selang waktu pemberian air 2 hari sebesar 1.39 cm/hari begitu pula terhadap daya kecambah benih padi menunjukkan hasil perkecambahan tertinggi (16 biji) sebesar 100%. Efisiensi pengguanaan air pada pita tanam organik desain terbuka lebih baik daripada perlakuan lainya (desain tertutup dan kontrol) terutama pada perlakuan D2S5 mempunyai nilai efisiensi paling tinggi yaitu sebesar 0.482 gram/liter.

Jurnal bisa dilihat di : Analisis Kinerja Pita Tanam Organik sebagai Media Perkecambahan Benih Padi (Oryza sativa L.) Sistem Tabela dengan Desain Tertutup dan Terbuka

Optimasi Regenerasi Pada Kultur In Vitro Padi Indica Sebagai Target Transformasi Melalui Agrobacterium Tumefaciens

Ulasan urnal ke-3 :

Tujuan penelitan ini adalah mengkaji optimasi regenerasi pada kultur in vitro padi indica sebagai target transformasi melalui agrobacterium tumefaciens serta menguji respon kalus embriogenik padi indica terhadap antibiotik higromisin yang sesuai bagi proses seleksi kalus transformasi genetik padi indica.

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian

(tidak tercantumkan didalam jurnal)

Metode yang digunakan dalam penelitian

Penelitian terdiri dari dua rangkaian percobaan yang terpisah :
1. Pengujian berbagai konsentrasi hormon IAA dan BAP terhadap proses embriogenik kalus padi Cisadane
2. Analisis respon kalus embriogenik padi Cisadane pada berbagai konsentrasi antibiotik higromisin

Hasil dan Pembahasan

1. Pengujian berbagai konsentrasi hormon IAA dan BAP terhadap proses embriogenik kalus padi Indica
Hasil penelitian menghasilkan kalus padi dengan tiga tipe morfologi, yaitu :
1.1. Kalus embiogenik yang kering
1.2. Kalus friabel yanmg mengkilap
1.3. Kalus rhizogenik yang memiliki kapasitas untuk pembentukan akar

2. Pengujian daya hidup kalus Cisadane dalam media yang mengandung antibiotik higromisin
Hasil penelitian menunjukan bahwa konsentrasi antibiotik higromisin berpengaruh terhadap rata-rata jumlah kalus mati. Pada konsentrasi higromisin 100mg/l dalam umur 28 hari persentase kalus mati mencapai 100%.

Simpulan

Dari hasil penelitian dapat dihasilkan tanaman padi kelompok Indica Indonesia (Kultivar Cisadane) melalui teknik kultur In Vitro dengan menggunakan kalus embriogenik yang diinisiasi dari embrio.

Pengaruh Perlakuan Benih Dengan Agens Hayati Terhadap Pertumbuhan, Hasil Padi, Dan Pengendalian Penyakit Hawar Daun Bakteri Di Rumah Kaca


Ulasan urnal ke-4 :

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan benih menggunakan agens hayati dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil padi serta tingkat serangan penyakit Hawar Daun Bakteri (HDB) di rumah kaca.

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian

Percobaan ini dilaksanakan di Rumah Kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian di Bogor dan Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih IPB. Benih yang digunakan dalam percobaan ini adalah benih padi varietas Ciherang yang terinfeksi Xanthomonas oryzae pv.oryzae secara buatan.

Metode yang digunakan dalam penelitian

Pengamatan pertumbuhan dan produksi yang dilakukan meliputi tinggi tanaman, jumlah anakan,
panjang akar, bobot basah dan bobot kering akar, bobot basah dan berat kering berangkasan, jumlah total
gabah/malai, jumlah gabah bernas/malai, , persentase gabah bernas/malai, persentase gabah bernas dan hampa per rumpun. Serangan penyakit diamati berdasarkan luas luka pada daun/ panjang daun yang diserang (Rangrajan 2003).

Hasil dan Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua perlakuan benih mampu meningkatkan tinggi tanaman dibandingkan dengan tanaman kontrol dan perlakuan bakterisida. Pengaruh perlakuan sudah terlihat
sejak 5 minggu setelah tanam sampai 8 minggu setelah tanam. Pada akhir pengamatan tinggi tanaman,
tanaman tertinggi didapat pada perlakuan benih yang direndam dengan agens hayati Pseudomonas
diminuta 99, 26 cm, diikuti dengan perlakuan matriconditioning + P. diminuta (97,26 cm), dan Matriconditioning + P.aeruginosa (94, 80 cm).

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perlakuan benih dengan Pseudomonas
spp. dan Bacillus spp. (dengan dan tanpa matriconditioning) mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman
berdasarkan peubah yang diamati seperti tinggi tanaman, jumlah anakan, panjang akar, berat basah
akar, berat kering akar, berat basah dan berat kering berangkasan. Pada komponen hasil panen, perlakuan matriconditioning + P.aeruginosa, matriconditioning+B. subtillis 5/B, Bacillus subtillis11/C merupakan perlakuan benih terbaik karena tertinggi dalam menghasilkan jumlah gabah bernas/malai, persentase gabah
bernas/malai, dan persentase gabah bernas/rumpun Perlakuan benih dengan Pseudomonas diminuta, matriconditioning+ Pseudomonas diminuta dan matriconditioning + Bacillus subtilis 11/C menghasilkan
luas daun terinfeksi patogen yang secara nyata lebih rendah dari perlakuan lainnya. Luas daun
terinfeksi masing-masing perlakuan tersebut adalah 15,45%;15,94% dan 19,55%.

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN BERBASIS AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) UNTUK PENENTUAN KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN (STUDI KASUS: KABUPATEN SEMARANG)


Ulasan urnal ke-5 :

Teujuan penelitian ini adalah penerapan metoda AHP untuk penentuan kesesuaian lahan. Dalam hal ini, metoda AHP (juga perangkat lunak Expert Choice 11 yang digunakan) tidak serta merta menyediakan modul-modul penggambaran hasil di SIG (Sistem Informasi Geografis). Oleh sebab itu, sebagai batasan permasalahan, dalam tulisan ini kami tidak membahas bagaimana hasil dari penerapan metoda AHP ditampilkan dalam perangkat lunak SIG. Kami hanya akan memperlihatkan bagaimana metoda AHP dapat diterapkan untuk data spasial dan non-spasial. Penggambarannya melalui perangkat lunak SIG berada di luar lingkup tulisan ini. Meski demikian, dalam tulisan ini kami juga menyertakan prosedur-prosedur yang semestinya dilaksanakan untuk mencapai hasil yang diharapkan.

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian

(tidak tercantumkan didalam jurnal)

Metode yang digunakan dalam penelitian

Pada tahap pertama penerapan model AHP, para pengambil keputusan perlu memecah permasalahan kriteria majemuk yang akan diambil keputusannya menjadi bagian-bagiannya, dimana masing-masing atribut yang dapat dirancang dalam bentuk peringkat-peringkat hierarki majemuk. Selanjutnya, masing-masing kriteria dan sub-subkriteria di bawahnya seringkali tidak memiliki tingkat kepentingan yang sama dan masing-masing kriteria dan sub-subkriteria itu seringkali juga memiliki bobot-bobot yang berbeda. Dalam kasus kita, kriteria-kriteria dan sub-subkriteria adalah seperti yang disebutkan dalam Bagian I, dan pilihan-pilihannya adalah penentuan kesesuaian lahan (pemukiman, industri, kehutanan, rekreasi, serta tempat pembuangan limbah). Setelah masalah terdekomposisi, maka ada dua tahap penilaian atau membandingkan antarelemen yaitu perbandingan antarkriteria dan perbandingan antarpilihan untuk setiap kriteria.

Hasil dan Pembahasan

Perhitungan Nilai AHP Menggunakan Perangkat Lunak Expert Choice 11
Dalam hal ini, kriteria-kriteria (dan sub-subkriteria) penentuan kesesuaian lahan, sesuai dengan data yang dimiliki adalah sebagai berikut.
1. Ketersediaan air (curah hujan, kelembaban udara, drainase, jarak akuifer di bawah permukaan, serta luasnya).
2. Ketersediaan oksigen (drainase, kemiringan lereng).
3. Bentang alam/morfologi (fisiografi, kemiringan lereng, kepekaan erosi, tingkat erosi).
4. Jenis vegetasi (hutan, sawah, ladang).
5. Kondisi tanah (drainase, tekstur, jenis batuan, jenis tanah, ketebalan tanah).
6. Jaringan jalan (jarak arteri primer, sekunder, kolektor primer, sekunder).
7. Suhu.

Teknik Perhitungan Kesesuaian Lahan Menggunakan Metoda AHP dan Perangkat Lunak Expert Choice 11
Untuk bisa memanfaatkan Expert Choice 11 dengan baik, penulis mengikuti langkah-langkah berikut ini.
1. Peta Kabupaten Semarang kami bagi-bagi menjadi grid-grid berukuran 1x1 km2.
2. Untuk masing-masing grid, kami melakukan konversi-konversi data (spasial dan non-spasial) yang kami miliki menjadi bobot-bobot tertentu sehingga bisa dihitung menggunakan metoda AHP (khususnya menggunakan Expert Choice 11). Dalam hal ini, sesuai dengan data yang kami miliki (perhatikan Gambar 2 sebelah kiri), untuk setiap grid kami memiliki 24 tabel serupa dengan yang diperlihatkan melalui Tabel 3 dan Tabel 4.
3. Untuk setiap grid, kami memasukkan data yang diperoleh melalui poin 2 ke dalam perangkat lunak Expert Choice 11 dan melakukan perhitungan-perhitungan menggunakan metoda AHP dengan langkah-langkah yang secara garis besar telah diperlihatkan melalui subbagian 3.1 di atas.
4. Nilai-nilai prioritas untuk masing-masing hasil perhitungan digambarkan pada masing-masing grid yang ada pada peta Kabupaten Semarang.
5. Berdasarkan Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang) yang dikeluarkan oleh Badan Kordinasi Penataan Ruang Nasional – Republik Indonesia, kami bisa memilih area-area (berdasarkan nilai-nilai prioritas) yang menunjukkan area-
JURNAL INFORMATIKA Vol 6, No. 2, Juli 2012
640
area kesesuaian lahan untuk pemukiman, industri, kehutanan, rekreasi, serta tempat pembuangan limbah.
6. Menggunakan perangkat-perangkat lunak SIG (Sistem Informasi Geografis) (misalnya ArcGIS), pada peta Kabupaten Semarang dibuat peta yang menggambarkan area-area yang memiliki nilai-nilai prioritas yang sama akan diberi warna-warna yang sama pula.

Simpulan

Kombinasi penggunaan metoda AHP (yang difasilitasi perangkat lunak Expert Choice 11) dengan perangkat-perangkat lunak SIG seperti ArcGIS, ArcView, dan sebagainya, sesungguhnya memungkinkan para pengambil keputusan dapat melakukan pengambilan keputusan dengan baik dan berkualitas (meskipun data yang dimilikinya bersifat deskriptif dan kualitatif). Perhitungan metoda AHP dengan teknik untuk menampilkannya dalam bentuk SIG belum terintegrasi dengan baik. Perangkat lunak perhitungan AHP belum terintegrasi dengan perangkat lunak SIG. Riset selanjutnya mungkin bisa dilakukan dengan membuat modul-modul AHP yang terintegrasi di dalam perangkat-perangkat lunak SIG yang ada saat ini. Dengan cara seperti ini, pengolahan data yang serupa dengan penentuan kesesuaian lahan bisa dilakukan dengan mudah dan terintegrasi dari dalam perangkat lunak SIG.

ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN SEKTOR PERTANIAN BERBASIS PRODUKTIVITAS DI KABUPATEN BANGLI



Ulasan urnal ke-6 :

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis daya dukung lingkungan sektor pertanian berbasis produktivitas lahan di Kabupaten Bangli pada kondisi aktual tahun 2011.

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian

(tidak tercantumkan didalam jurnal)


Metode yang digunakan dalam penelitian

Pendekatan dan Pengumpulan Data Penelitian

Pendekatan penelitian menggunakan pendekatan penelitian kasus (case research) yang dianalisis secara deskriptif kuantitatif dengan metode survey (Sugiyono, 2011). Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bangli Provinsi Bali dari bulan Juli sampai Agustus 2012.


Metode Analisis Daya Dukung Lingkungan
Analisis daya dukung lingkungan yang dilakukan adalah analisis daya dukung lahan berbasis produktivitas dengan melihat perbandingan antara ketersediaan lahan dan kebutuhan lahan dalam memenuhi kebutuhan produk hayati wilayah sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2009. Ketersediaan lahan ditentukan berdasarkan data total produksi aktual setempat dari setiap komoditas di suatu wilayah, dengan menjumlahkan produk dari semua komoditas yang ada di wilayah tersebut.


Hasil dan Pembahasan

Analisis Ketersediaan Lahan
Ketersediaan lahan ditentukan berdasarkan total nilai produksi aktual komoditas pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan tahun 2011 yang dihasilkan di wilayah Kabupaten Bangli.

Analisis Kebutuhan Lahan
Kebutuhan lahan dihitung berdasarkan kebutuhan hidup layak per penduduk. Kebutuhan hidup layak per penduduk diasumsikan satu ton setara beras/kapita/tahun (Permen LH Nomor 17 Tahun 2009). Hasil perhitungan kebutuhan lahan disajikan pada Tabel 2.

Status Daya Dukung Lingkungan
Hasil analisis daya dukung lingkungan dengan pendekatan daya dukung lahan berdasarkan perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan lahan berbasis produktivitas lahan dalam mendukung pemenuhan kebutuhan produk hayati penduduk di Kabupaten Bangli tahun 2011 sesuai dengan konsep perhitungan dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2009, termasuk dalam kategori surplus.

Simpulan

Ketersediaan lahan (SL) berdasarkan total produksi aktual tahun 2011 mencapai 167.947, 58 Ha
dan Kebutuhan lahan (DL) setara beras berdasarkan kebutuhan hidup layak tahun 2011 mencapai
74.173,77 Ha. Dengan demikian, Status daya dukung lingkungan Kabupaten Bangli tahun 2011 dalam
memenuhi kebutuhan produk hayati di wilayah tersebut, berdasarkan pendekatan daya dukung lahan
berbasis produktivitas lahan adalah kategori surplus yaitu SL > DL. Kebijakan pembangunan pertanian
dalam rangka meningkatkan daya dukung lingkungan dalam memenuhi kebutuhan produk hayati wilayah
diarahkan pada: 1). Kebijakan peningkatan ketahanan pangan, 2). Pengembangan agribisnis, 3).
Peningkatan kesejahteraan petani , dan 4). Perlindungan lahan pertanian pangan produktif.

PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK KASCING TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DARI BERBAGAI SUMBER ASAL BIBIT DI PEMBIBITAN UTAMA

Ulasan urnal ke-7 :

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman perkebunan yang berperan penting dalam peningkatan devisa negara, penyerapan tenaga kerja dan peningkatan perekonomian di Indonesia.  Pemberian pupuk kascing pada bibit kelapa sawit dari berbagai sumber asal bibit di tahap pembibitan utama (Main Nursery) diharapkan dapat menyediakan unsur hara yang mendukung pertumbuhan bibit. Untuk itu dilakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Penggunaan Pupuk Kascing Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) dari Berbagai Sumber Asal Bibit di Pembibitan Utama” yang bertujuan untuk mengetahui respon bibit kelapa sawit di pembibitan utama dari sumber asal yang berbeda
melalui pemberian pupuk kascing dan untuk menentukan dosis yang terbaik.


Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lahan laboratorium tanaman Fakultas Pertanian Universitas Riau, Jalan Bina Widya, Kelurahan Simpang Baru, Kecamatan Tampan, Kota Pekanbaru, mulai bulan Maret sampai Juli 2012. Bahan yang digunakan adalah bibit kelapa sawit varietas tenera (DxP) yang berasal dari Asian Agri (Dura Deli x Pisifera Ghana), Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan (Dy x Pisifera Sungai Pancur) dan Dami Mas (D x P Dami Mas) berumur 3 bulan, tanah lapisan top soil, pupuk kascing, fungisida dithane M-45 dan vermanax , polybag berukuran 40 x 35 cm, dan pestisida sevin 8,5 S. Alat yang digunakan adalah oven, timbangan analitik, gelas ukur, jangka sorong, well brow, gembor, handsprayer, paranet, amplop padi, mistar, tali rafia, cutter, dan alat tulis.

Metode yang digunakan dalam penelitian

Penelitian dilaksanakan secara eksperimen faktorial dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 2 faktor dengan 3 ulangan. Faktor I : Sumber Asal Bibit Tanaman (S) dengan 3 taraf perlakuan; S1= Bibit kelapa sawit dari Asian Agri (AA), S2= Bibit kelapa sawit dari PPKS Medan (PM) dan S3= Bibit kelapa sawit dari Dami Mas (DM). Faktor II : Pupuk Kascing (K) dengan 4 taraf perlakuan; K0= 0 g/polybag; K1= 20 g/polybag; K2= 40 g/polybag dan K3= 60 g/polybag. Penelitian ini menggunakan 36 unit percobaan yang terdiri dari 2 bibit sehingga bibit yang digunakan sebanyak 72 bibit. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan menggunakan Analisis Ragam dengan uji lanjut DNMRT pada taraf 5%.

Hasil dan Pembahasan

Pertambahan Tinggi Bibit (cm), Pertambahan Jumlah Daun (helai) dan Pertambahan Diameter Bonggol
Hasil menunjukkan bahwa asal bibit dan pupuk kascing berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi bibit, sedangkan interaksinya tidak berpengaruh nyata. Sementara pada pertambahan jumlah daun dan pertambahan diameter bonggol, perlakuan pupuk kascing berpengaruh nyata sedangkan sumber asal bibit dan interaksinya tidak berpengaruh nyata. Rata-rata pertambahan tinggi bibit, pertambahan jumlah daun dan
pertambahan diameter bonggol hasil uji lanjut dengan Duncans New Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf 5%.

Volume Akar Bibit (ml)
Hasil menunjukkan bahwa sumber asal bibit berpengaruh nyata terhadap parameter volume akar, namun faktor pupuk kascing dan interaksinya tidak. Rata-rata volume akar bibit kelapa sawit setelah diuji lanjut dengan DNMRT pada taraf 5%.

Rasio Tajuk Akar (g)
Hasil menunjukkan bahwa sumber asal bibit, pupuk kascing dan interaksinya tidak berpengaruh nyata terhadap parameter rasio tajuk akar. Rata-rata rasio tajuk akar setelah diuji lanjut dengan DNMRT pada taraf 5%.

Berat Kering Bibit (g) dan Indeks Mutu Bibit
Hasil menunjukkan bahwa sumber asal bibit berpengaruh nyata terhadap berat kering bibit dan indeks mutu bibit kelapa sawit. Perlakuan pupuk kascing berpengaruh nyata terhadap berat kering bibit tetapi tidak berpengaruh pada indeks mutu bibit sedangkan interaksinya tidak berpengaruh pada berat kering dan indeks mutu bibit. Rata-rata berat kering bibit dan indeks mutu bibit setelah diuji lanjut dengan DNMRT pada taraf 5%.

Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan:
1. Bibit kelapa sawit dari sumber asal bibit yang berbeda memberikan respon yang berbeda pada parameter pertambahan tinggi bibit, volume akar, berat kering bibit dan indeks mutu bibit, namun tidak memberikan respon yang berbeda pada parameter pertambahan jumlah daun, pertambahan diameter bonggol dan rasio tajuk akar.
2. Bibit kelapa sawit dari sumber asal yang berbeda dengan pemberian pupuk kascing memberikan respon yang berbeda pada parameter pertambahan tinggi bibit, pertambahan jumlah daun, pertambahan diameter bonggol dan berat kering bibit, namun tidak memberikan respon yang berbeda pada parameter volume akar, rasio tajuk akar dan indeks mutu bibit.
3. Bibit S1 (Dura Deli x Pisifera Ghana) dan pemberian kascing pemberian kascing 60 g/ polybag memberikan respon yang berbeda pada pertambahan tinggi bibit, volume akar dan berat kering. Bibit S2 (Dy x Pisifera Sungai Pancur) dan pemberian kascing 40 g/ polybag memberikan respon yang berbeda pada pertambahan jumlah daun dan dengan dosis 60 g/ polybag memberikan respon yang berbeda pada pertambahan diameter bonggol. Bibit S3 (D x P Dami Mas) dan pemberian kascing 60 g/ polybag memberikan respon yang berbeda pada indeks mutu bibit.

PENGEMBANGAN MODEL PEMILIHAN LOKASI PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH PERKOTAAN (STUDI KASUS: KOTA JAKARTA TIMUR)



Ulasan urnal ke-8 :

Penelitian ini bertujuan mengembangkan model pemilihan lokasi pembuangan sampah perkotaan terbaik. Penelitian ini difokuskan pada kondisi saat ini, sehingga pemilihan lokasi terbaik akan dibatasi oleh pemilihan jarak terdekat dari tempat pengumpulan sampah sementara (TPS) ke tempat penampungan akhir (TPA), volume sampah yang dihasilkan oleh masyarakat per hari, kapasitas maksimum sampah yang dapat ditampung oleh TPA per hari, dan perbandingan jumlah penduduk di wilayah Jakarta Timur terhadap jumlah penduduk DKI Jakarta secara keseluruhan. Diharapkan dengan pemilihan lokasi pembuangan sampah terbaik dari TPS ke TPA ini akan berdampak pula terhadap penurunan biaya pengelolaan sampah yang akan
dikeluarkan oleh pemerintah setempat.

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian

(tidak tercantumkan didalam jurnal)


Metode yang digunakan dalam penelitian

Penelitian pendahuluan dilakukan dengan melakukan wawancara kepada pihak-pihak terkait di Dinas Kebersihan Pemerintah Kota DKI Jakarta untuk mengenali kondisi wilayah dan permasalahan sampah di perkotaan serta pengamatan langsung pada lokasi pembuangan sampah sementara di beberapa wilayah DKI
Jakarta, begitu pula pada proses pengumpulan data.
Adapun data yang digunakan adalah sebagai berikut:
a) Data profil Unit Teknis Dinas Kebersihan Pemerintah Sampel Kota Penelitian (Suku Dinas Jakarta Timur, 2012).
b) Data lokasi kelurahan yang ada di wilayah Jakarta Timur (Suku Dinas Jakarta Timur, 2012).
c) Data lokasi TPA yang ada (Suku Dinas Jakarta Timur, 2012).
d) Data kapasitas maksimum masing-masing TPS dan TPA (Suku Dinas Jakarta Timur, 2012).
e) Data jarak tiap TPS ke tujuan TPA (Google, 2012)
f) Data jumlah penduduk di wilayah Jakarta Timur dan jumlah penduduk DKI Jakarta (BPS, 2010).

Hasil dan Pembahasan

Pemilihan lokasi pembuangan terbaik dari TPS ke TPST/TPA, dilakukan dengan menggunakan model optimasi programa integer biner (0-1). Pemakaian model ini dimaksudkan untuk memilih dari ketiga lokasi TPST/TPA yang ada, lokasi mana yang paling optimal sebagai tempat pembuangan akhir bagi masing-masing TPS. Model optimasi ini bertujuan meminimumkan jarak tempuh transportasi pembuangan
sampah dari TPS ke TPST/TPA.

Simpulan

Dengan metode programa linier integer biner telah dikembangkan sebuah model optimasi pemilihan lokasi pembuangan akhir sampah perkotaan berdasarkan jarak terdekat dari setiap tempat penampungan sampah sementara yang ada di setiap kelurahan dan kecamatan. Model tersebut telah dikembangkan berdasarkan kondisi penanganan sampah saat ini di wilayah Jakarta Timur, khususnya masalah distribusi sampah dari tempat pembuangan sampah sementara ke tempat pembuang akhir yang tersedia di wilayah DKI Jakarta sehingga diperoleh hasil seperti ditampilkan pada Tabel 2. Dalam penelitian ini diketahui pula bahwa hanya 3 (tiga) kecamatan yang memilih lokasi yang sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh Sudin Jakarta Timur,
sementara 7 (tujuh) kecamatan lainnya memilih lokasi pembuangan akhir yang berbeda. Dengan hasil yang diperoleh berdasarkan studi kasus distribusi sampah di wilayah Jakarta Timur ini diharapkan model optimasi yang dikembangkan dapat diterapkan di wilayah lain yang terdapat di DKI Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia.